Pages

Saturday, November 4, 2017

Labbaik Allahumma Labbaik (3)

RANGKAIAN PUNCAK HAJI
MINA - ARAFAH - MUZDALIFAH

SELASA, 29 AGUSTUS 2017

Hari ini kami sudah berkemas-kemas untuk persiapan berangkat ke Mina. Ba'da Isya kami sudah siap dengan baju ihram (sebelumnya kami sudah mandi besar dan shalat sunah 2 rakaat), kemudian menunggu jadwal keberangkatan yang diatur oleh pihak maktab. Rombongan kami dibagi menjadi 3 bis dan saya termasuk dalam bis pertama yang berangkat ke Mina dari apartemen kami. Jarak dari Mekkah ke Mina sekira 7 km.

Berfoto bersama sebelum berangkat ke Mina

Dalam perjalanan, kami dibimbing oleh muthowif untuk melafadzkan niat haji.

Labbaik allahumma hajjan
Ya Allah aku datang memenuhi panggilanMu untuk berhaji

Saat mengucapkan niat itu saya tidak kuasa menahan air mata... Rasa haru yang luar biasa, juga separuh rasa tidak percaya bahwa saat itu saya benar-benar akan melaksanakan haji, bahwa saya termasuk orang yang dipanggil Allah untuk menjadi tamuNya... Pergi haji adalah sesuatu yang sangat saya inginkan sejak bertahun-tahun lalu, dan sekarang inilah saatnya...

Kalimat talbiyah terus terlantun dari kami sementara bis bergerak perlahan. Ratusan kendaraan yang mengangkut rombongan jamaah calon haji memenuhi jalan menuju Mina malam ini, membuat perjalanan jadi sedikit terhambat.


Menjelang tengah malam alhamdulillah kami sampai di Maktab 73 di Mina, tempat kami melaksanakan mabit beberapa hari ke depan. Kami turun dari bis dan berjalan mencari tenda kami. Kasur-kasur sudah ditata di dalam tenda, kami mencari tempat dan meletakkan barang bawaan. Setelah itu kami beristirahat sambil menunggu anggota rombongan berikutnya datang.

RABU, 30 AGUSTUS 2017
8 DZULHIJJAH 1438 H (hari Tarwiyah)

Hari ini tidak ada agenda khusus selain memperbanyak ibadah terutama membaca talbiyah. Suasana di maktab kami belum terlalu ramai, masih ada rombongan jamaah calon haji dari biro lain yang belum datang. Saya dan kakak saya berjalan-jalan di sekitar maktab melihat suasana.





Dalam satu maktab ini ada banyak tenda, untuk jamaah calon haji dari Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara berada dalam 1 kompleks maktab. Selain tenda untuk para jamaah calon haji, juga ada beberapa tenda logistik yang menyediakan makan 3x sehari. Ada berkrat-krat air mineral dan sari buah yang disediakan gratis untuk kami.



Di setiap maktab ada sekira 15 toilet/kamar mandi masing-masing untuk perempuan dan laki-laki. Tempat untuk wudhu disediakan sendiri, berada di samping deretan. Dengan banyaknya jamaah yang tidak sebanding dengan jumlah toilet maka pemandangan yang terjadi tiap hari (apalagi saat pagi dan sore) adalah mengularnya antrian. Di sinilah kesabaran dan toleransi sangat diperlukan. Saya sempat menemui beberapa orang yang berselisih karena antrian.

Kami sudah dalam keadaan ihram sejak mengucapkan niat berhaji saat mulai berangkat ke Mina, jadi kami pun terikat larangan-larangan selama berihram, seperti misalnya tidak boleh memakai wewangian dalam bentuk apapun (sabun, deodoran, tisu basah, dsb), wajah dan telapak tangan tidak boleh tertutup, tidak boleh mencabut/merontokkan rambut, dan masih ada larangan lainnya.

Baca juga : Labbaik Allahumma Labbaik (2)

Kami mendapat info bahwa musim haji tahun ini suhunya diperkirakan lebih panas dari tahun-tahun sebelumnya. Jamaah haji dari seluruh dunia juga lebih banyak jumlahnya dibanding tahun kemarin karena kuota haji yang sebelumnya dikurangi, tahun ini dikembalikan ke semula dan masih ditambah lagi jatah kuotanya.

Selama beberapa hari di Mekkah saya lebih banyak berada di dalam ruangan berpendingin udara. Di tenda Mina juga ada pendingin udara, meskipun tidak sedingin AC pada umumnya. Udara panas juga sangat terasa kalau kita berada di luar tenda. Mungkin hal itu yang menyebabkan saya pusing dan berkunang-kunang pada hari pertama di Mina. Saya konsultasi ke dokter rombongan kami. Saya pikir mungkin tensi saya turun. Setelah dicek ternyata tensi saya normal. Jadi saya hanya disarankan untuk istirahat setelah di-akupunktur di bagian kaki.

KAMIS, 31 AGUSTUS 2017
9 DZULHIJJAH 1438 H

Hari ini kami bersiap berangkat ke Arafah untuk melaksanakan wukuf. Kami mendapat giliran awal diberangkatkan dari Mina. Sekira pukul 9 kami mulai bergerak naik bis ke Arafah. Jarak Mina ke Arafah sekitar 14 km.

Kami sampai di Arafah sebelum dzuhur. Selintas mata memandang belum terlalu banyak jamaah haji yang datang. Kami turun dari bis dan mencari tenda kami. Di Arafah tenda-tenda untuk jamaah haji juga diberi nomor maktab seperti di Mina. Tenda kami alhamdulillah cukup besar, ada satu rombongan haji dari biro lain yang juga bergabung dalam tenda kami. Hari ini semua jamaah haji dari seluruh dunia, dalam keadaan apapun (bahkan sedang sakit parah) akan berkumpul di Arafah untuk melaksanakan wukuf. Tidak ada ritual khusus yang harus dilakukan, tetapi karena saat ini dan di tempat ini mustajab, maka kami dianjurkan berdoa dan berdzikir sebanyak-banyaknya.


AL HAJJU ARAFAH, haji adalah Arafah.
Siang hari kami makan, dan saat dzuhur kami sholat berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan khotbah dan doa bersama yang dipimpin oleh dua ustadz secara bergantian. Semua jamaah haji khusuk dalam doa yang dimunajatkan, melepaskan semua hal-hal keduniawian, benar-benar menghamba padaNya. Beberapa dari kami bahkan sudah menitikkan air mata dan menangis, memohon ampun atas semua kesalahan dan dosa, melangitkan semua harapan dan keinginan untuk hidup ke depan.

Setelah doa selesai, kami dipersilahkan untuk saling memaafkan satu sama lain. Semua jamaah, sesama perempuan dan laki-laki, suami dan istri saling berpelukan dalam tangis haru kami. Walaupun baru beberapa hari bersama, tapi kami sudah seperti keluarga, saudara seperjuangan lahir batin. Saya merasa sedih, haru, dan juga bahagia. Sedih karena di momen-momen penting hidup saya termasuk saat haji ini saya tidak bersama suami (suami alhamdulillah sudah berhaji tahun 2003). Haru sekaligus bahagia dan bersyukur luar biasa, saya yang mungkin amal dan ibadahnya tidak seberapa ini bisa termasuk orang-orang yang dipanggil Allah menjadi tamuNya, saya dipanjangkan umurnya dan diberi kesempatan bisa ada di Arafah saat itu untuk melaksanakan wukuf, seperti doa yang selalu saya panjatkan...

Allahumma balighna Makkata wal Madinata wal Arafata warzuqnal hajjal mabrur
Ya Allah datangkanlah kami ke kota Mekkah, Madinah, dan padang Arafah, dan berikanlah pada kami haji yang mabrur

Setelah doa bersama dan saling bermaafan, kami dipersilahkan untuk berdoa sendiri-sendiri. Saya memanfaatkan kesempatan untuk membacakan doa-doa titipan dari saudara dan teman-teman.

Seperti yang dikerjakan Rasulullah, kami berada di Arafah sejak sebelum dzuhur sampai tenggelamnya matahari. Saya lebih banyak berada di tenda dan keluar hanya untuk mengambil makan dan ke kamar mandi. Cuaca panas yang luar biasa membuat saya tidak kuat berlama-lama di luar.

Ba'da Maghrib, muthowif memberi pengumuman bahwa rombongan kami mendapat giliran terakhir diberangkatkan ke Muzdalifah malam ini. Jadi kami masih punya banyak waktu untuk berdoa atau beristirahat.

Sekira pukul 9 malam kami berkemas dan bersiap-siap berangkat ke Muzdalifah. Kami keluar dari tenda dan menunggu bis yang akan mengangkut kami. Saat itu kami diberi box berisi dry meal untuk bekal selama di Muzdalifah.


Perjalanan dari Arafah ke Muzdalifah sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya sekira 9 km. Tapi karena padatnya arus jamaah haji yang menuju ke sana, perjalanan kami sedikit terhambat dan menempuh waktu sekitar 1 jam. Memasuki daerah Muzdalifah tampak lautan manusia di hampir semua tempat. Ada yang sedang sholat dan sebagian besar lainnya tidur. Bis mengantar kami ke lokasi nomor 73 (sesuai nomor maktab kami). Tempat itu sudah dipenuhi jamaah yang datang lebih dulu. Kami berjalan melewati orang-orang yang berbaring sambil mencari tempat yang masih agak longgar. Setelah mendapat tempat kami duduk dan meletakkan barang bawaan. Pihak maktab memberi fasilitas karpet untuk para jamaah haji di Muzdalifah.

Suasana di Muzdalifah

Udara malam itu tidak terlalu panas, tapi karpet yang saya duduki terasa hangat. Mungkin sisa panas siang hari tadi. Di situ kami juga mencari kerikil yang banyak tersebar di sekitar kami untuk persiapan lempar jumroh esok harinya. Kami diminta mengumpulkan minimal 49 kerikil, besarnya sekira satu ruas jari. Saya tempatkan kerikil-kerikil itu dalam botol bekas air mineral.

Dini hari saya merasa lelah dan mengantuk, saya mencari tempat untuk bisa sekedar berbaring dan beristirahat sejenak. Karpet tempat saya berbaring terasa agak panas, tetapi karena sangat lelah saya akhirnya tertidur.

JUMAT, 1 SEPTEMBER 2017
10 DZULHIJJAH 1438 H

Saat sepertiga malam akhir menjelang Subuh saya terbangun. Orang-orang juga sudah banyak yang terbangun, ada yang sholat dan mempersiapkan diri untuk kembali ke Mina. Kami melaksanakan sholat Subuh berjamaah di Muzdalifah, dan setelah itu kami juga berkemas, mulai bergerak ke arah pintu keluar untuk antri. Kami mengantri selama kira-kira 2 jam sejak Subuh sampai akhirnya tiba giliran kami untuk naik bis dan kembali ke Mina.

Bersiap meninggalkan Muzdalifah

Sesampainya di tenda kami di Mina, kami sarapan dan langsung bersiap untuk lempar jumrah yang pertama. Giliran keberangkatan sudah diatur oleh pihak maktab dan ada waktu-waktu larangan pergi ke jamarat untuk jamaah haji asal Indonesia (dan negara-negara Asia Tenggara) untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.


Dari maktab rombongan kami berangkat sekira pukul 10.30. Kami berjalan kaki menuju jamarat dalam cuaca yang panas, jaraknya kurang lebih 6 km pp. Di sepanjang perjalanan banyak orang yang menyemprotkan air untuk sedikit menyejukkan udara. Kami mengambil rute ke jamarat di lantai 3. Jalan yang kami lewati cukup ramai oleh jamaah haji lain yang juga akan melempar jumrah.



Sampai di lantai 3 jamarat kami langsung menuju ke jumrah Aqabah (melewati jumrah Ula dan Wustha). Alhamdulillah prosesnya lancar, di luar ekspektasi saya bisa mengambil tempat tepat di pinggir dinding jumrah dan melempar 7 batu dengan mudah dan lancar. Jauh berbeda dari bayangan saya saat manasik, waktu itu kami diberi tahu saat lempar jumrah nanti posisi kita harus benar, kota Mekkah ada di sisi kiri dan Mina di sisi kanan. Saya belum bisa membayangkan saat itu dan masih merasa bingung. Ternyata saat pelaksanaannya alhamdulillah Allah memberi banyak kemudahan dan kelancaran. Kalau bingung dengan arah kota Mekkah dan Mina (walaupun di sana ada tulisan petunjuknya), patokannya adalah kita ambil sisi kiri jumrah dari arah kita datang.

Setelah proses lempar jumrah kami kembali ke tenda. Jalur untuk kembali berbeda dengan jalur untuk menuju ke jamarat. Hal ini sudah diantisipasi oleh pemerintah Arab Saudi mengingat dulu pernah terjadi tragedi Mina tahun 90-an. Di sepanjang jalur pulang banyak kran-kran air minum untuk para jamaah haji.

Sampai di tenda kami lukar (mengakhiri keadaan ihram) yang ditandai dengan memotong rambut. Alhamdulillah...
Sore sampai malamnya kami tetap berada di Mina untuk melaksanakan mabit (menginap). Tidak ada ritual khusus yang harus dilakukan, kami bebas beribadah sunah sesuai kemampuan.

SABTU, 2 SEPTEMBER 2017
11 DZULHIJJAH 1438 H (hari Tasyriq)

Hari ini kami melaksanakan lempar jumrah kedua. Rombongan kami berangkat berjalan kaki dari maktab sekitar jam 12, saat matahari sedang terik-teriknya. Hari ini jalur ke jamarat sangat padat dengan jamaah haji.

Jika kemarin kami lempar jumrah hanya di jumrah Aqabah, maka hari ini kami melempar di tiga jumrah : Ula, Wustha, dan Aqabah. Lempar jumrah ini sifatnya wajib tapi bisa diwakilkan.

Alhamdulillah proses berjalan lancar. Kami pun kembali pulang ke tenda. Cuaca yang sangat panas membuat beberapa anggota rombongan kami menurun kondisinya.

Malam harinya, tanpa diduga, cuaca berubah menjadi sangat dingin. Malam-malam sebelumnya masih terasa agak panas, saya pun berusaha mencari posisi yang tersembur pendingin udara, tapi malam ini terasa sangat dingin. Kami semua di tenda tidur meringkuk sambil mengenakan selimut.

MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017
12 DZULHIJJAH 1438 H (hari Tasyriq)

Hari ini adalah hari terakhir kami berada di Mina. Setelah sarapan kami berkemas dan memasukkan barang-barang bawaan ke dalam bis yang akan langsung pulang ke apartemen di Mekkah bersama beberapa orang yang memang tidak ikut lempar jumrah karena kondisi yang tidak memungkinkan. Setelah itu kami bersiap berangkat jalan kaki. Hari ini kami dapat jadwal lebih awal daripada kemarin. Jalur terowongan Mina juga tidak terlalu padat.

Lempar jumrah ketiga ini alhamdulillah juga berjalan lancar. Wajah-wajah lega dan bahagia rombongan kami karena sudah selesai melaksanakan rangkaian puncak haji sejak awal, semua diberi kemudahan dan kelancaran, alhamdulillah...




Setelah lempar jumrah terakhir kami berjalan kaki sampai luar Mina, kemudian naik bis kembali ke apartemen.

Lanjut ke Labbaik Allahumma Labbaik (4)
 

2 comments:

  1. Masha Allah. Baca cerita ini aja udah ikut meluap luap bahagia. Semoga bisa benar benar menginjakkan kaki kesana. Aamiin

    ReplyDelete
  2. Amiin... amiin...
    Insya Allah, nothing impossible

    ReplyDelete